CERPEN
: HARGA SEBUAH PILIHAN
PENULIS
: ASWAN
KELAS : V111
29/4/2013
Penat,
mengantuk dan kesehatan terjejas tidak lagi di hiraukan oleh lelaki tua yang
kerjanya Cuma seorang pemunggut sampah. Setiap hari kerjanya Cuma memunggut
sampah, hidup sebatang kara tidak
mempunyai keluarga. Hidupnya sangat melarat sampai-sampai makan saja susah,
tetapi semangat hidupnya terus berkobar-kobar di dadanya dan tidak pernah
menyesal sama sekali. Lelaki tua itu bernama Zainal, dan selalu di sapah oleh
warga setempat sebagai pak Zainal. Walaupun sangat miskin tapi pak zainal tidak
pernah meminta-minta kepada warga setempat, di usia yang sangat tua pak zainal
menghabiskan sisa-sisa hidup dengan memunggut sampah yang bisa di daur ulang.
Hanya pekerjaan itu saja yang bisa pak zainal kerjakan, meskipun selalu
sakit-sakitan tapi itu semua tidak menghalangya untuk terus bekerja. Itulah
rutin harian pak zainal, hasil dari sampah yang ia punggut mampu menghidupi nya
seorang diri meskipun serba kekurangan kadang cukup kadang kurang, pak zainal
tidak pernah menyalahkan takdir dan nasibnya, sebaliknya pak zainal amat
bersyukur dengan apa yang dia ada.
Seawal
jam empat subuh pak zainal bangun untuk bersiap-siap pergi memunggut sampah,
dengan berbekal air putih pak zainal mampu berjalan sejauh kiloan meter.
Apabila sampah yang sudah ia punggut telah banyak pak zainal langsung mengjualnya
ke pemborong sampah. meskipun harga sampah yang di daur ulang itu tidak
mahal,hanya bisa membeli nasi bungkus untuk makan siang. Selesai makan siang,
pak zainal sambung bekerja dengan harapan bisa memungut sampah yang banyak. Hasilnya
nanti untuk makan malam. Sekali-sekala pak zainal berehat sebentar di pinggir
jalan atau di bawah pohon kayu yang rimbun, di tengah rehat pak zainal
berpikir. “kenapalah di dunia ini selalu tidak adil, ada yang terlalu kaya ada
juga yang terlalu miskin, kata orang siapa banyak duit di dalam dunia ini dia
yang raja, lalu mana perginya keadilan mungkin keadilan itu Cuma kata-kata
kosong. Perlukah aku menangis, perlukah aku meminta, atau perlukah aku
menyesal. Betul kata orang,( hidup pun susah, mati pun susah ).”
Begitulah
pak zainal, setiap hari berehat selalu memikirkan nasibnya bagaikan, “sayur tak
bergaram.” Pak zainal juga menyesal telah menyia-yiakan masa mudanya. Pak
zainal meyesal karena tidak pernah mendengar kata ibu dan bapanya sewaktu ia
masa muda. Pak zainal dikenali sebagai preman kampong yang sangat kejam, pak
zainal pernah menjadi preman sewaktu usianya 15 tahun. Ia terpengaruh oleh
teman-temannya sehingga tingkah lakunya tidak terkawal lagi, mengingat kembali
zaman mudanya pak zainal selalu menangis, tidak lain tangisan penyesalan. Pak
zainal menyesal tidak mengdengar kata-kata ibu/bapa nya yang selalu berpesan.
“PENDIDIKAN ITU PENTING” pak zainal sangat menyesali dengan apa yang terjadi
pada dirinya, yang pernah bercita-cita ingin menjadi sebagai seorang guru dan
menjadi contoh yang baik untuk anak-anaknya kelak. Cita-citanya musnah hancur
berderai apabila di sia-siakan dengan menghabiskan masa mudanya dengan
melakukan kejahatan.Pak zainal selalu meminta kepada tuhan,
“ya.. ALLAH..andai saja waktu bisa berputar
aku ingin memutarnya dan kembali ke zaman mudaku, aku sangat menyesal ya ALLAH.
Aku ingin belajar rajin-rajin, aku ingin menjadi orang yang sukses, aku ingin
membahagiakan kedua orang tua ku, sesungguhnya aku sangat menyesali segala
perbuatanku, jika dulu aku mengdengar segala omongan orang tua ku, pasti aku
sekarang sudah menjadi seorang guru, tidak seperti sekarang Cuma seorang
pemunggut sampah, adakah ini balasan buat diriku, ya allah ampunilah segala
dosa-dosaku, sesungguhnya penyesalan itu tidak pernah datang di depan”
“jika dulu aku sekolah pasti
sekarang aku bisa membaca, tulis nama sendiri saja susah, sekarang masyarakat
memandang rendah kepada ku karena aku ini seorang pengemis sampah, kotor, bau,
dan tidak ada nilai dimata orang-orang. Jika sekarang aku punya anak pasti aku
mendidiknya dengan penuh kasih sayang, penuh dengan dedikasi hidup dan semangat
hidup yang tinggi”
Pak
zainal memunggut sampah dari jam4 subuh sehingga jam 9 malam, meskipun hasil
dari sampah yang pak zainal dapat Cuma bisa untuk makan, pak zainal tetap
bersyukur kepada tuhan karena sesusah-susahnya dia pasti ada lagi orang yang
lebih susah. Pak zainal bersyukur masih bisa makan, banyak lagi orang di luar
sana lebih susah sehingga jadi pengemis jalanan. Sewaktu pak zainal ingin
pulang kerumahnya ia terdengar suara, semakin lama semakin kuat. Tanpa membuang
waktu pak zainal pun mencari mana datang nya suara tersebut, dan suara itu
adalah suara bayi, tiba-tiba pak zainal melihat dua orang bayi yang masih hidup
di bawah kolong jembatan. Alangkah kagetnya pak zainal melihat bayi tersebut,
dan pak zainal langsung mendekat dan mengendong bayi tersebut, pak zainal pun
berkata.
“ astaga...anak siapa ini,
sungguh kejam orang tuanya membuang darah daging sendiri, apa kesalahan bayi
ini. Apa kata jikalau aku merawat bayi ini, ahh! mana mungkin aku bisa rawat
bayi ini, dari mana aku bisa dapat uang makan saja susah, ini mahu menjaga bayi
lagi bagaimana aku bisa memberinya makan lalu siapa yang akan menjaganya kalau
aku pergi memunggut sampah. Tapi sangat kesihan bayi ini kalau ditinggalkan
disini, aku akan sangat berdosa sekali sekiranya bayi ini kenapa-napa, ya allah
berikanlah aku pentunjuk mu.”(sambil mengendong bayi)
Beberapa
minit kemudian setelah lama berpikir, pak zainal membuat keputusan untuk
mengambil bayi-bayi yang ia gendong. Pak zainal sanggup tidak makan seminggu
daripada bayi ini terbiar. Hanya tuhan saja yang tahu penderitaan pak zainal
yang dulunya memunggut sampah untuk mencari makanan untuk dirinya sendiri,
sekarang beban pak zainal bertambah apabila menjaga dua orang bayi perempuan,
umur bayi tersebut sekitar baru tujuh bulan dan pak zainal memberinya nama
“CAHAYA” dan bayi yang satu nya lagi “BULAN.”
Cahaya
dan Bulan, itulah namanya, yang berarti tanpa bulan dan sinar cahaya nya bumi
akan kegelapan di waktu malam. Pak zainal membawa pulang cahaya dan bulan ke
rumahnya yang sangat buruk dan kotor, kalau hujan deras pasti air menembusi
sehingga masuk ke dalam rumah pak zainal dan membasahi tikar dan lantai rumahnya.
Dengan duit simpanan yang pak zainal ada meskipun sedikit tapi masih cukup
untuk membeli susu dan keperluan lainnya, pak zainal menitipkan cahaya dan
bulan ke jiran tetangga nya yang sangat baik dan perhatian namanya mbak
Fatimah, karena pak zainal ingin pergi belanja.
Cahaya
dan bulan menangis kelaparan, perutnya mengembung karena masuk angin. Usai pak
zainal berbelanja ia langsung pulang kerumahnya karena takut akan terjadi apa-apa
kepada cahaya dan bulan, sesampainya saja ia di rumahnya pak zainal langsung
membuatkan susu dan mengantikan baju cahaya dan bulan. Pak zainal sangat lelah
sekali seharian berjalan mencari sampah-sampah yang bisa di daur ulang, selepas
selesai menyusukan cahaya dan bulan pak zainal pun terlelap. Dalam lelapnya pak
zainal sempat bermimpi, datang seorang lelaki berbaju putih sosok yang sangat
dekat dengan pak zainal tidak lain dia
adalah ayah kandung pak zainal.
Datangnya ayah pak zainal seperti ingin memberi
tahu sesuatu yang sangat penting, dalam mimpinya pak zainal menangis
sambil memeluk ayah.
“anak, ku...jagalah anak itu
dengan kasih sayang, perhatian, didiklah dia dengan sebaik-baik yang mungkin,
nanti kamu akan merasakan apa yang pernah bapak rasakan. sesungguhnya pilihan
kamu mengambil bayi itu sangat tak ternilai harganya. Harga sebuah pilihan tidak
bisa di tawar dengan uang, anakku...semoga Allah melindungi mu...”
“ayahhhhh..........!”
Pak
zainal terbangun dari tidurnya sambil air matanya mengalir ia mengingatkan
ayahnya...lalu pak zainal melihat ke arah cahaya dan bulan yang tidur nyenyak
.pak zainal berpikir kalau bayi ini tak di ambil , apa yang akan terjadi pada
bayi ini, sungguh kejam ibu dan ayahnya yang tidak bertanggung jawab. Bayi ini
tidak berdosa, bayi ini tidak tahu apa-apa.
Keesokkan
harinya pak zainal bangun awal tidak seperti biasanya, seawal jam tiga subuh
karena harus membuatkan cahaya dan bulan susu. Sebelum pergi memungut sampah cahaya
dan bulan, di titipkan dengan jiran yang baik. Dengan harapan semoga hari ini
rezeky yang banyak karena pak zainal harus membeli baju buat cahaya dan bulan,
jalan demi jalan pak zainal lalui tapi belum ada juga sampah yang bisa di daur
ulang. Pak zainal mulai resah dan sedih pak zainal berkata dalam hati.
“ya...Allah, ujian apakah lagi
yang engkau berikan kepadaku... sungguh berat ujian mu ya ALLAH, sampai kapan aku bisa bertahan,
kepada siapa aku mahu mengadu ya Allah kalau bukan kepadamu... aku tidak punya
keluarga, tidak punya saudara, siapa yang mahu membantu ku ya Allah kalau bukan
engkau, sekarang aku harus menghidupi dua orang anak yang masih bayi”(air mata
pak zainal mengalir)
Pagi
hingga malam pak zainal mencari sampah tetapi tidak seperti biasanya, sampah
yang pak zainal pungut hanya ¼ yang biasanya, makan siang saja belum apalagi
makan malam. Duit yang pak zainal dapat ia belikan sebungkus nasi dan sisanya
ia simpan untuk membeli susu, sesampai saja di rumahnya ia langsung kerumah
mbak Fatimah untuk mengambil cahaya dan bulan.
“assalamualaikum......”(suara pak
zainal agak rendah)
“walaikumsalam.......”(jawab mbak
Fatimah)
“maaf...!mbak, menganggu saya
mahu mengambil cahaya dan bulan”(Tanya pak zainal)
“ohh...! kamu zainal cahaya dan
bulan udah tidur, apa kata besok saja kamu datang melihat mereka, soalnya
cahaya lagi demam biar mbak aja yang rawat”(jawab mbak Fatimah sambil mengosok
matanya karena baru bangun tidur)
“apa nggak merepokkan mbak?”
Tanya pak zainal lagi?
“nggak sama sekali,udah kamu
jangan pikirin soal cahaya dan bulan biar mbakk yang urusin”
“kalau gitu, terima kasih
banyak-banyak ya mbbak, hanya tuhan saja yang bisa balas jasa baik mbbak”(ujar
pak zainal) “kalau gitu saya pulang dulu yah mbbak”
Pak
zainal pun pulang sambil tersenyum lebar memikirkan mbbak Fatimah, “sungguh
muliah sekali hati mbbak Fatimah tetapi mengapa aku merasa aneh bila tidak
ketemu dengan cahaya dan bulan apa ini namanya kasih sayang seorang ayah,
ahhh..mana mungkin aku bukan siapa-siapanya anak itu, apa setiap ayah di dunia
ini akan merasakan seperti ini apakah ini di namakan tanggung jawab seorang
ayah kepada anaknya, adakah pilihanku mengambil mereka adalah benar, bagaimana
bisa aku mampu memberikan mereka pendidikan kalau pendapatanku seperti ini
terus, mana mungkin aku bisa mencari pekerjaan sedangkan aku sudah tua siapa
yang mahu menerima ku. Jika aku sudah tiada di dunia ini siapa yang akan
menjaga mereka”
Dunia ini...
penuh kepalsuan....mungkin kah tiada keikhlasan
Apakah ini
suatu pembalasan ...
Ku sedar
kebesaran mu tuhan...
Aku bagai
seorang...kembara jalanan terumbang ambing di lautan gelora...
Mencari
kebahagian...dahan untuk menumpah kasih...
Mungkin kah
suratan hidupku selama begini...
Begitulah keluan hati pak zainal
terhadap hidupnya, setiap hari memikirkan nasib hidupnya. Umpama kan air laut
yang takkan pernah habis senantiasa masin rasanya, tahun demi tahun pak zainal
hidup dengan cahaya dan bulan. Selama belasan tahun pak zainal hidup bersama
mereka selama itu lah pak zainal tahu apa itu arti seorang ayah, menjadi
seorang pemimpin dalam keluarga. Baru pak zainal tahu apa yang pernah ayahnya
rasakan. selama belasan tahun juga cahaya dan bulan mengikuti pak zainal pergi
memungut sampah, pagi, petang, malam, senantiasa bersama pak zainal. Tak kira
panas atau hujan mereka tetap bersama, pak zainal sangat menyangi cahaya dan
bulan seperti anak kandung sendiri,. Selama belasan tahun juga lah pak zainal
menyembunyikan identiti mereka.
Cahaya dan bulan tidak tahu yang
mereka sebenarnya anak pungut, yang di pungut di bawah kolong jembatan.
Sehinggalah pada suatu hari ketika cahaya dan bulan menanyakan ibunya, pak
zainal hanya bisa berbohong yang ibunya sudah lama meninggal dunia sewaktu
melahirkan, pak zainal terpaksa berbohong karena ia takut untuk berterus-terang
kepada mereka meskipun agak berat tapi
cahaya dan juga bulan sudah cukup dewasa untuk berpikir yang mana baik dan yang
mana buruk. Hanya pak zainal dan mbbak Fatimah saja yang tahu tentang cahaya
dan bulan, cahaya adalah gadis sangat peramah dan baik selain itu cahaya juga
pintar dalam pelajaran dan selalu mendapat juara satu dalam kelasnya, cahaya
bercita-cita ingin menjadi seorang dokter yang bisa menolong orang yang kurang
mampu. Lain pula kalau bulan, bulan adalah gadis yang sangat cantik, tinggi dan
putih, bulan juga pintar dalam kelasnya dan selalu mengikuti lomba Putri Smp di
sekolahnya dan mendapat juara, bulan beda dengan cahaya karena bulan sangat
malas dan selalu meninggikan dirinya. Bulan bercita-cita ingin menjadi artis
terkenal.
Cahaya dan bulan adalah saudara
kembar tapi sangat beda tingkah laku mereka, suatu hari bulan sedang
berjalan-jalan keluar rumahnya tiba-tiba ada yang memberitahu bulan yang pak
zainal tidak pernah menikah, alangkah kagetnya bulan bila medapat tahu hal
tersebut, bulan sangat marah lalu cepat-cepat pulang kerumahnya mencari pak
zainal.
“ pak......!
bapak......!”(suara bulan sangat keras dengan mata nya kemerahan)
“ iya,
ada apa..! kok kamu teriak ada apa sih
”(jawab cahaya)
“cahaya...!
mana bapak, bapak mana cahaya...mana?” (tambah bulan lagi)
“ bapak lagi
sholat bulan, emangnya kenapa, perlu apa kamu sama bapak” (ujar cahaya)
“ aku mahu
kepastian ..! ah, sudah kamu sama saja seperti bapak, basa-basi tahu”(bulan
langsung ke kamar pak zainal)
“ jangan
bulan...! jangan...! bapak lagi sholat ”( sambil menahan bulan )
“ ahhh....!
plakkkkk....! minggir kamu” ( bulan menolak cahaya sehingga terjatuh dan bulan
pun langsung masuk ke kamar pak zainal )
“ bulan,
jangan......! setan apa yang telah masuk ke badan mu ahh, kamu nggak pernah
kayak gini” ( kata cahaya sambil
memegang pinggannya yang sakit terkena kursi
)
“ hoi....
orang tua...! jawab dengan jujur aku dan cahaya anak siapa? Jawab...?jawab...?”
( bulan sangat marah sekali sambil menendang belakang pak zainal yang sedang sholat
)
“ bulan
cukup...! sungguh biadab sekali kau bulan, kau tidak punya hati, tidak punya perasaan.” ( kata cahaya sambil memeluk pak
zainal )
“ahh.... diam
kamu..! kamu tidak tahu apa-apa, cepat katakan orang tua kami ini anak siapa?”
( bulan kembali bertanya dengan suara yang agak keras )
“ oh.....kamu
mahu tahu kamu anak siapa.!kamu mahu tahu kamu dari mana , baiklah aku akan
katakan “ (pak zainal menjawab pertanyaan bulan sambil berdiri )
“ basa-basi
loh, orang tua yang nggak sedar diri “(tambah bulan lagi yang semakin marah
dann hati semakin panas di hasut setan )
“ kamu bukan
siapa-siapa ...!kamu Cuma anak PUNGUT, yang dulu aku pungut di bawa kolong
jembatan, puas....!mahu dengar lagi, kamu tidak akan ada di sini kalau bukan
aku yang memungut mu, ingat.! Kamu Cuma anak PUNGUT....ANAK PUNGUT, PUAS.....!”
( Pak zainal menjelaskan asal-usul cahaya dan bulan sambil menangis
terisak-isak )
“ aku lebih
rela jadi anak pungut daripada mempunyai bapak sepertimu, miskin, kotor , hina.
Mulai sekarang kita tidak ada
perhubungan lagi, aku mahu pergi dari
rumah yang sangat kotor ini, dasar lelaki tua tidak sedar diri, cuikkkk...!” (bulan
meludahi dan menghina pak zainal dengan kata-kata yang sangat kasar, sambil
menangis ia lalu pergi ke bilik nya mengemas pakaian nya karena ia ingin pergi
)
“ aku mahu
pergi dari sini, aku sudah tidak tahan lagi, ayo kemas barang-barang mu kita
pergi bersama tinggalkan orang tua itu” ( tambah bulan lagi )
“ tidak...!
aku tidak akan meninggalkan bapak sampai kapan pun, meskipun dia bukan ayah
kandung kita tetapi tanpa beliau kita tidak seperti sekarang” ( cahaya menangis
menasihati saudaranya )
“ ahhhh...!
minggir lo,” (bulan berjalan sambil membawa begnya )
Bulan pergi tanpa memberitahu
pak zainal, tinggallah pak zainal bersama cahaya , pak zainal yang sangat tua,
masih mampu lagi memungut sampah, di samping cahaya. Bertahun-tahun, bulan
pergi tanpa mengirim sebarang kabar berita, dan kabarnya bulan sudah menjadi
artis terkenal. Cahaya selalu mencoba untuk mencari bulan tapi tidak pernah
ketemu, ketika pak zainal dan cahaya pergi memungut sampah, secara tiba-tiba
ada dua orang datang dari arah depan,
lelaki dan perempuan. Mereka mendekat dengan cahaya dan pak zainal,
perempuan yang memakai baju yang agak seksi dan berkulit putih tinggi di temani
dengan lelaki berbadan sasah berbaju hitam.
“ hoi orang
tua....ternyata kamu masih memungut sampah, sungguh kasihan nasib kalian, lihat
aku sekarang sudah jadi artis terkenal, terpandang dan terhormat. Aku tidak
senang seperti ini kalau aku tidak berusaha”
“ kau sudah berubah bulan, kau sudah menjadi
orang yang sombong, angkuh, dan sudah lupa diri, mana perginya bulan yang dulu
, mana...! aku tidak punya saudara seperti kamu, kamu sudah banyak berubah” (
cahaya berdiri sambil mendekat dengan bulan )
“ kenapa...!
kamu kaget melihat aku sekarang, aku sudah jadi orang yang kaya, hartaku tujuh
keturunan tidak akan habis, sedang kan kamu masih memungut sampah. Kenapa sih,
kamu masih saja dengan orang tua ini’ ( bulan membalas kata-kata )
“ sampai mati
pun, aku tidak akan meninggalkan bapak, tanpa beliau lah kita tidak mungkin
berada seperti saat ini, kita di sekolahkan dan didik sebaik yang mungkin untuk
menjadi orang yang baik, meskipun beliau Cuma seorang pemungut sampah akan
tetapi kasih sayang yang beliau berikan kepada kita sangat besar dan tak bisa kita
balas dengan uang, walau sesusah-susah apa pun beliau, tidak pernah meminta
bantuan kepada sesiapa, beliau sudah bersusah payah membesarkan kita, sanggup
tidak makan seharian demi kita, meskipun selalu sakit-sakitan beliau tetap
pergi mencari “ SEBUTIR BERAS, untuk kita. (ujar cahaya kepada kakaknya )
“ sudah
hentikan...cahaya ayok kita pulang, kita orang kotor , miskin , tidak layak
berbicara dengan orang yang bergelimang hartanya dan terhormat” (pak zainal
berdiri sambil memanggil cahaya )
“ dasar orang miskin tidak tahu diri... cuikkkk......”
( bulan meludah kearah pak zainal lalu ia pergi )
Perempuan itu melontarkan
kata-kata yang sangat kasar kepada pak zainal, perempuan itu tidak lain adalah
bulan, anak pungut pak zainal, yang selama bertahun-tahun menghilang tiba-tiba
dia muncul melihatkan keberhasilannya di depan pak zainal dan cahaya. Tingkah
lakunya sudah berubah tidak seperti bulan yang dulu. Pak zainal dan cahaya pun pergi meninggalkan
tempat tersebut serta membawa sampah-sampah yang telah ia pungut.
Hidup pak zainal tidak pernah
berubah ia masih lagi tinggal di rumah
buruknya, pak zainal merasa sudah gagal mendidik bulan. Baru pak zainal
merasakan menjadi seorang ayah, susah, senang
semua ia tanggung dan apabila seorang anak melawan cakap orang tuanya,
pasti sakitnya bagai di tusuk oleh duri duniawi. Sesampai saja cahaya dan pak
zainal di rumahnya, pak zainal langsung menangis mengingat kata-kata bulan,
dalam tangisannya penuh dengan rasa kekecewaan dan duka lara nestapa,
“engkau tiba bagaikan pelangi...tak bercahya
namun kau berseri...tapi cukup menghiburkan hati ini...seharian waktu
bersamamu... tak terasa saat yang berlalu bagai pelangi petang kau kan pasti
pergi jua........”
Tiba-tiba pak
zainal terjatuh dan tidak menyadarkan diri, alangkah terkejutnya cahaya , orang
yang sangat ia cintai di dunia ini sudah pergi buat selama-lamanya.
Selepas kematian pak zainal,
cahaya di lamar oleh cucu mbbak Fatimah dan mereka pun hidup bahagia dan pergi
jauh dari kampung halamannya. Manakala bulan selepas ketemu dengan cahaya dan
pak zainal, bulan mulai jatuh miskin dan
dan muka nya menjadi hodoh karena perbuatan nya sendiri, inilah balasan tuhan
kepadanya. Untuk menghidupi dirinya bulan terpaksa memungut sampah, dan hidup
di bawah kolong jembatan di mana asalnya dia di ketemukan.
Kita sebagai seorang anak,
jangan lah sekali-kali melawan kata oarng tua tanpa orang tua kita takkan
mungkin berada disini, dan ingat lah bila kita temui kejayaan jangan sesekali
kita lupa diri dan bangga dengan apa yang kita ada. Begitulah cerita ( Harga
Sebuah Pilihan ) setiap manusia senantiasa diberi pilihan sama ada YA atau
TIDAK dan kita harus mengambil keputusan secepatnya meskipun kadang keputusan
yang kita ambil selalu salah.
Cerpen > harga sebuah pilihan
Tokoh > utama : pak zainal
Pembantu : bulan dan cahaya
( SINOPSIS )
MENCERITAKAN
TENTANG SEORANG LELAKI
TUA
DAN MISKIN YANG KERJANYA CUMA
SEORANG PEMUNGUT SAMPAH, SEHINGGA
IA MENJUMPAI DUA ORANG BAYI DI BAWAH
KOLONG
JEMBATAN, KERJANYA SETIAP HARI
CUMA
MENCARI SAMPAH YANG BISA DI DAUR ULANG
SAMBIL MEMBESARKAN ANAK YANG MASIH BAYI,
LELAKI TUA INI MEMBESARKAN DENGAN PENUH
KASIH
SAYANG DAN DIDIKAN LAYAKNYA ANAK-ANAK LAIN NYA.
1/4/2013
T A
M A T